Sunday, March 2, 2008

35.000 Pelobi yang Mendikte AS



Korban dari semua tindakan spekulasi ini sudah bertebaran, mulai bank di negara maju hingga konsumen di banyak negara. Kini banyak bank yang harus menambah modal baru karena kerugian.

Di sisi lain adalah konsumen yang sudah harus membayar harga makanan yang lebih mahal, seperti tempe, tahu, mi, dan minyak sayuran.

Semua ini terjadi karena ulah spekulan dan pedagang serta keberadaan 516 triliun dollar AS dana investasi global yang gentayangan di berbagai bursa global.

Namun, hal yang lebih memprihatinkan, sepak terjang spekulan itu belum bisa dihentikan hingga kini. George Soros mengatakan, aksi-aksi spekulasi seperti tidak akan bisa dihentikan. Intervensi bank sentral pun tak akan mampu menahan gejolak di pasar uang dan komoditas.

Investor obligasi terbesar asal AS, Bill Gross, juga memberi penilaian serupa. Keberadaan perusahaan-perusahaan investasi tanpa bisa dikontrol telah membuat para investor menyeruduk ke mana saja dan kapan saja.

Kontrol, kontrol, dan kontrol perusahaan investasi atau spekulan...! Inilah seruan yang terus mengemuka sejak tahun lalu, termasuk oleh Soros sendiri, sebagai mantan spekulan kelas kakap dunia.

Menanam bom waktu

Analis pasar AS, Paul B Farrel, mengatakan, ada 11 faktor penyebab masalah ekonomi dunia, mulai dari kesulitan ekonomi AS, kejatuhan harga saham di bursa, hingga gejolak harga.

Ada tiga yang paling menarik untuk dicermati, salah satunya adalah keberadaan 516 triliun dollar AS dana-dana investasi yang siap menggasak apa saja di pasar uang dan pasar modal. ”Dana-dana ini sedang memasang bom waktu,” kata Farrel.

Kedua, etika bisnis yang buruk dari para pemimpin korporasi dan pialang di Wall Street, bursa saham terkenal AS di New York. Ketiga, yang tak kalah pentingnya adalah keberadaan 35.000 pelobi, yang kini menguasai AS. ”Lupakanlah asas pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat,” kata Farrel di Fox Business News, 25 Februari. ”Mereka mendikte dan akan menghalangi regulasi yang akan membatasi sepak terjang mereka,” kata Farrel. (MON)

No comments: