Wednesday, March 12, 2008

Pasar Saham


Investor Alihkan Dananya ke Komoditas

Singapura, Kompas - Melambungnya harga minyak dunia membuat para investor mengalihkan dananya ke komoditas untuk melakukan lindung nilai atas merosotnya dollar Amerika Serikat.

”Keprihatinan atas inflasi semakin tinggi. Para hedge fund menjual sahamnya dan beralih membeli komoditas karena nilai tukar dollar AS terus melemah,” ujar Takeda Makoto, analis pada Sekuritas Bansei, di Jepang, Selasa (11/3).

Untuk mengatasi keadaan, bank sentral AS, The Federal Reserve, mengumumkan akan memberikan fasilitas pinjaman untuk meningkatkan likuiditas pasar kredit.

The Fed akan meminjamkan surat berharga senilai 200 miliar dollar AS untuk para dealer utama obligasi berjangka waktu 28 hari dengan jaminan berbagai macam surat berharga lainnya.

Setelah pengumuman The Fed itu, harga kontrak berjangka AS mengalami kenaikan. Meski tidak terlalu besar, penguatan juga terjadi pada pasar saham di Asia dan Eropa.

Namun, penguatan ini terjadi secara teknikal setelah sebelumnya, Senin (10/3), pasar saham Asia dan Eropa berguguran.

Adapun nilai tukar euro pada perdagangan pagi naik menjadi 1,5495 per dollar AS, sebelumnya 1,5464 dollar AS. Ini karena para investornya mengantisipasi kemungkinan terjadi lagi pemangkasan suku bunga bank sentral AS.

Rekor lima hari

Di sisi lain, harga minyak mentah memecahkan rekor selama lima hari berturut-turut. Harga minyak mentah AS untuk pengiriman April di pasar London naik 1,4 dollar AS menjadi 109,30 dollar AS per barrel.

Sebelumnya, harga minyak sempat naik ke 109,72 dollar AS per barrel. Adapun minyak mentah Brent London naik 1,3 dollar AS menjadi 105,49 dollar AS per barrel setelah mencetak rekor baru 105,82 dollar AS per barrel.

Harga minyak sedikit melemah setelah Agen Energi Internasional mengatakan, permintaan minyak tahun depan akan berkurang karena perlambatan ekonomi di negara industrialis dan kenaikan harga-harga.

Akan tetapi, hanya resesi parah yang akan menurunkan harga minyak menjadi 60 dollar AS per barrel. (AP/AFP/JOE)

No comments: