Tuesday, March 18, 2008

Minyak Semakin Dekati 112 Dollar AS, Picu Inflasi

Selasa, 18 Maret 2008 | 00:25 WIB

Singapura, Senin - Harga minyak sudah selangkah lagi ke posisi 112 dollar AS per barrel di pasar Asia, Senin (17/3). Penurunan nilai tukar dollar AS terhadap euro membuat dana segar mengalir ke pasar komoditas, termasuk minyak mentah. Harga minyak mentah sudah naik 11 persen dari awal tahun.

Hubungan terbalik antara minyak dan nilai tukar dollar AS semakin terasa. Setiap dollar AS menembus rekor terendah baru, harga minyak juga ikut mencetak rekor tertinggi baru.

Para investor segera melepaskan dollar AS setelah bank sentral AS, The Federal Reserve, Minggu (16/3) waktu setempat, mengumumkan pemangkasan tingkat suku bunga diskontonya. Tindakan The Fed ini dimaksudkan untuk membantu likuiditas di perbankan sekaligus menekan nilai tukar dollar AS ke titik terendah terhadap yen Jepang selama 12 tahun terakhir.

”Tindakan The Fed akan membantu likuiditas dollar AS sekaligus menekannya. Investor tampaknya mengikuti mantra membeli minyak dan komoditas untuk melakukan lindung nilai dari penurunan dollar AS dan tingginya inflasi,” ujar analis dari Purvin and Gertz, Victor Shum, di Singapura.

”Terjadinya kelebihan likuiditas akan mendorong inflasi sehingga investor mengalirkan dananya ke minyak untuk lindung nilai. Padahal, tingginya harga minyak juga mendorong inflasi. Pasar minyak juga berisiko karena secara fundamental tidak mendukung penguatan harga minyak,” kata Shum lagi.

Kontrak minyak jenis light sweet di New York untuk pengiriman April diperdagangkan pada rekor baru 111,80 dollar AS per barrel, naik dari 111,40 dollar AS pada Jumat lalu.

Minyak jenis Brent London untuk pengiriman Mei naik 1,25 dollar AS menjadi 107,45 dollar AS per barrel. Kontrak pengiriman April sudah jatuh tempo Jumat pada harga 107,54 dollar AS per barrel.

”Tampaknya pelemahan dollar AS menjadi kunci pendorong naiknya harga minyak. Bukti seperti ini terlihat pada saat terjadi pembalikan arah dari pasar saham ke pasar komoditas di AS,” kata Gerard Burg, analis dan ekonom energi Bank Nasional Australia.

Komoditas emas juga menjadi pilihan investasi saat dollar AS jatuh dan inflasi tinggi. Harga emas meroket hingga menembus rekor barunya menjadi 1.032,35 dollar AS per ons, setara dengan 31,1 gram. (AP/AFP/joe)

No comments: