Saturday, March 22, 2008

Calon Gubernur BI dan Masa Depan Bank Syariah

Oleh :KH Didin Hafidhuddin
Guru Besar IPB dan Direktur Pascasarjana UIKA Bogor

Irfan Syauqi Beik
Dosen FEM IPB dan Kandidat Doktor Ekonomi Islam IIU Malaysia

Akhirnya Komisi XI DPR RI dalam sidang komisi 12 Maret 2008 lalu mengambil keputusan menolak calon Gubernur BI yang diajukan pemerintah. Jika disetujui dalam sidang paripurna DPR, maka sesuai dengan pasal 41 ayat 3 dan 4 UU tentang BI, Presiden harus mengajukan calon Gubernur BI yang baru.

Figur Gubernur BI mendatang memiliki tugas dan tantangan yang sangat berat. Apalagi, jika melihat tingginya ketidakpastian perekonomian global ke depan akibat tingginya harga minyak yang mencapai rekor 108 dolar AS per barrel dan krisis kredit perumahan yang melanda AS. Posisi Gubernur BI sangat strategis dan menentukan kinerja perekonomian nasional.

Penulis melihat kinerja BI beberapa tahun terakhir ini sangat baik dalam mengendalikan kebijakan moneter. Hal tersebut terbukti dengan relatif stabilnya kondisi moneter meski peran intermediasi perbankan nasional terhadap sektor riil masih perlu ditingkatkan lagi.

Terlepas dari persoalan hukum yang membelit Gubernur BI Burhanudin Abdullah saat ini, kinerja beliau bersama seluruh jajaran Dewan Gubernur BI perlu mendapat apresiasi. Salah satu agenda pokok yang perlu mendapat perhatian calon Gubernur BI ke depan adalah pada pengembangan sektor perbankan syariah nasional.

Bagi penulis, calon Gubernur BI harus memiliki komitmen mengembangkan perbankan syariah. Dari sisi teoritis yang juga mulai ditunjukkan oleh sisi praktisnya, perbankan syariah lebih menawarkan stabilitas dan keseimbangan antara sektor riil dan sektor moneter dibandingkan dengan perbankan konvensional. Tinggal sekarang merealisasikan action plan.

Perkembangan bank syariah
Perkembangan perbankan syariah dalam 16 tahun terakhir menggembirakan. Sejak Bank Muamalat berdiri pada 1992, perbankan syariah tumbuh luar biasa. Berdasarkan data BI pada Januari 2008, jumlah bank umum syariah tiga buah, UUS 25 buah, dan BPRS 115 buah. Total aset yang dihimpun Rp 35,84 triliun, dengan dana pihak ketiga Rp 27,69 triliun.

Jumlah nasabah meningkat dari dua juta per Januari 2007 menjadi 2,98 juta nasabah per Januari 2008. Ini menunjukkan perlahan tapi pasti, masyarakat mulai tertarik menggunakan jasa perbankan syariah. Apalagi, ditambah dengan rencana sejumlah bank besar, seperti BNI dan BRI, untuk melakukan spin off dengan mendirikan bank umum syariah baru pada semester kedua tahun ini. Industri ini diperkirakan akan semakin atraktif dan menarik.

Pada 2008 BI mencanangkan target lima persen aset atau senilai Rp 91,57 triliun. Dibutuhkan tambahan aset Rp 55 triliun untuk merealisasikannya. Diperlukan kerja keras dan kerja cerdas seluruh stakeholders perbankan syariah. Bagi penulis, yang terpenting bukan pencapaian hasil, melainkan proses menuju ke arah tujuan.

Islam sangat menekankan pada proses, sementara hasil merupakan hak prerogatif Allah SWT. Komponen penting yang sangat menentukan performa perbankan syariah terletak pada figur calon Gubernur BI.

Kriteria pemimpin
Jika menilik pada kriteria pemimpin sesuai Alquran, paling tidak ada lima karakter yang harus dimiliki, termasuk oleh calon Gubernur BI mendatang. Pertama, hafiidzun atau dapat dipercaya (QS 12:55). Hafiidzun memiliki korelasi kuat dengan integritas moral dan kepribadian sang calon.

Kejujuran merupakan variabel yang tidak boleh diabaikan karena kunci rumah kebaikan. Pribadi jujur akan menghasilkan kepemimpinan yang jujur dan amanah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menyatakan bahwa perilaku amanah akan mendatangkan rezeki dan perilaku khianat akan mendatangkan kefakiran.

Maknanya, ada hubungan berbanding lurus antara perilaku amanah dan tingkat kesejahteraan. Sebaliknya, pengkhianatan dan penyelewengan hanya akan menjadi sumber utama kefakiran dan kemiskinan.

Kriteria kedua adalah alim, yaitu profesional. Profesional sifat dasar wajib bagi Muslim yang memahami konsep ihsan dan itqan. Rasulullah SAW bersabda: ''Allah SWT mewajibkan kepada kita untuk berlaku ihsan dalam segala sesuatu'' (HR Muslim). Ihsan mengandung makna melakukan sesuatu secara optimal dan maksimal.

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani, Rasulullah SAW menyatakan: ''Sesungguhnya Allah SWT mencintai orang yang jika melakukan pekerjaan dilakukan secara itqan''. Itqan mengandung makna dilakukan secara tepat, terarah, jelas, dan tuntas.

Profesionalitas dalam ajaran Islam harus dibangun di atas fondasi kedua konsep tersebut. Ketiga adalah basthotan fil 'ilmi wal jismi, yaitu memiliki kekuatan ilmu dan fisik (QS 2: 247).

Ilmu kunci yang menentukan kualitas sebuah amal. Pemimpin yang berilmu akan memiliki kualitas kepemimpinan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan pemimpin tidak berilmu. Demikian pula dengan kekuatan fisik yang sangat menentukan kualitas performa pemimpin.

Keempat, memiliki keberpihakan yang nyata terhadap kebenaran dan keadilan (QS 39: 18). Dalam ayat tersebut, Allah menyatakan di antara perilaku orang beriman, meski ada banyak ajaran di dunia ini, mereka tetap mengikuti kebenaran isi Alquran.

Dalam konteks calon Gubernur BI, meski saat ini kondisi moneter tidak bisa dilepaskan dari instrumen bunga, ia harus memiliki komitmen dan keberpihakan nyata untuk mulai mentransformasikan sistem moneter konvensional kepada sistem moneter syariah. Memang berat dan terkesan sebagai sebuah mission impossible.

Meski demikian, hal tersebut bukan sesuatu yang mustahil. Adalah sunnatullah sebuah sistem yang dibangun di atas prinsip yang bertentangan dengan ajaran Islam pasti akan mengalami kehancuran, suka tidak suka, cepat atau lambat. Karena itu, figur calon Gubernur BI mendatang harus memiliki komitmen yang kuat untuk mengembangkan perbankan syariah.

Keberanian
Kriteria kelima adalah memiliki keberanian memerangi segala bentuk kezaliman dan ketidakadilan. Seorang Gubernur BI harus berani menolak segala bentuk KKN. Ia tidak boleh tunduk dalam menghadapi segala bentuk tekanan, baik tekanan dalam negeri maupun tekanan dari negara lain.

Penulis pun berharap agar figur calon Gubernur BI mendatang memiliki orientasi kerakyatan yang sangat kuat. Seberat apa pun kondisi yang dihadapi, kepentingan rakyat kecil harus selalu mendapat prioritas. Salah satu sebab beratnya masalah yang dihadapi oleh bangsa ini adalah akibat kita terlalu mengurusi kepentingan pengusaha besar yang justru sering merugikan kepentingan rakyat kecil dan kepentingan negara-negara asing. Padahal, Rasulullah SAW mengingatkan bahwa kalian akan ditolong dan diberi rezeki dengan sebab menolong kaum dhuafa di antara kalian.

Gubernur BI ditantang dapat mendekatkan sektor perbankan dengan rakyat kecil melalui pola pembiayaan UMKM yang terintegrasi dengan baik. Selama ini rakyat kecil cenderung tidak bankable sehingga perlu diciptakan berbagai terobosan yang dapat memecahkan kebuntuan ini.

Salah satu solusi terbaiknya adalah dengan mengembangkan perbankan syariah nasional. Insya Allah, jika kelima kriteria ini dapat dipenuhi, perlahan tapi pasti, bangsa ini akan dapat meningkatkan kesejahteraannya.

Ikhtisar:
- Alquran memberi persyaratan yang ideal bagi calon pemimpin. - Gubernur BI yang baru harus berpihak pada sektor riil dan sektor UMKM.

No comments: