Monday, March 17, 2008

Makro-ekonomi dan Sektor Riil Berbeda

Senin, 17 Maret 2008 | 00:59 WIB

BANDUNG, KOMPAS - Sejak 2007, di Indonesia muncul kontradiksi antara kinerja makroekonomi yang relatif baik dan kinerja sektor riil yang justru mengalami kemerosotan.

Kontradiksi terjadi karena perbaikan makro-ekonomi disebabkan oleh faktor eksternal dan bukan karena naiknya produktivitas di dalam negeri.

Demikian diungkapkan mantan Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Keuangan Rizal Ramli, Sabtu (15/3), pada diskusi masalah ekonomi Indonesia 2008 dengan mahasiswa Institut Teknologi Bandung.

Peningkatan kinerja makro- ekonomi dipicu kenaikan harga komoditas di pasar dunia dan peningkatan modal spekulatif (hot money). Sampai November 2007, ungkap Rizal, jumlah modal spekulatif berupa dana asing yang masuk mencapai Rp 891 triliun. ”Kenaikan harga komoditas di pasar dunia dan modal spekulatif menaikkan harga saham di Bursa Efek Indonesia meningkat 52 persen tahun 2007,” katanya.

Mulai 2007 terbentuk balon finansial yang diperkirakan semakin menggelembung pada 2008. Penggelembungan ini muncul dalam bentuk pemberian pinjaman kepada debitor yang tidak memenuhi kelayakan pemberian kredit, seperti kredit properti komersial.

Aliran modal spekulatif ini akan menggelembungkan nilai aset finansial dan memperkuat nilai tukar rupiah. Namun jika terjadi arus balik, nilai dari kedua hal itu akan terperosok. (A01)

No comments: