Wednesday, March 12, 2008

Subsidi Membengkak


Dampak Kenaikan Harga Minyak Belum Dapat Diukur


KOMPAS/LUCKY PRANSISKA / Kompas Images
Warga Kelurahan Ulujami, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, berburu minyak tanah yang baru tiba di pangkalan, Senin (10/3). Meski elpiji subsidi 3 kilogram untuk program konversi minyak tanah tersedia di pangkalan tersebut, warga tetap memilih antre minyak tanah yang dijual Rp 2.500 per liter.
Rabu, 12 Maret 2008 | 00:47 WIB

Jakarta, Kompas - Subsidi bahan bakar minyak tahun 2008 diperkirakan bakal membengkak hingga Rp 150 triliun bila harga minyak terus di atas 100 dollar AS per barrel. Di bursa internasional, Selasa (11/3), harga minyak hampir menyentuh 110 dollar AS per barrel.

Di bursa London, harga minyak jenis light sweet untuk kontrak pengiriman April mencapai 109,72 dollar AS per barrel atau naik 85 sen dari rekor sebelumnya. Sementara minyak Brent naik 1,4 dollar AS menjadi 105,82 dollar AS per barrel.

”Kenaikan harga ini harus diwaspadai. Saat ini harga minyak mentah Indonesia masih di kisaran 90 dollar AS per barrel. Kalau ini bertahan, diperkirakan subsidi BBM bisa sampai Rp 150 triliun,” ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, Selasa.

Meski subsidi BBM bakal membengkak, Wapres Jusuf Kalla di Bali menegaskan, pemerintah tetap pada kebijakan tidak akan menaikkan harga BBM. Untuk mengurangi tekanan subsidi BBM, pemerintah akan mengurangi konsumsi BBM.

Menurut Menko Perekonomian Boediono, melemahnya nilai tukar dollar AS terhadap mata uang kuat dunia lainnya telah membuat harga berbagai komoditas dalam dollar AS semakin mahal. ”Kalau melihat naik turunnya harga minyak setiap hari, memang bisa jantungan. Namun, kami siap dengan berbagai persiapan meskipun belum tahu pergerakan harga akan berlangsung sampai kapan,” ujarnya.

Kenaikan harga minyak, menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, hingga kini belum dapat diukur pengaruhnya terhadap APBN karena masih dalam pembahasan dengan DPR. ”Setelah postur APBN Perubahan disepakati, baru dilihat risikonya,” katanya.

Uang yang masuk

Mengenai asumsi terhadap produksi minyak yang siap jual (lifting), Menkeu tetap bertahan pada angka 910.000 barrel per hari, sesuai dengan angka dasar yang telah diusulkan dalam RAPBN-P 2008.

Sri Mulyani menilai angka itu lebih nyaman digunakan karena berdasarkan pada perhitungan jumlah uang yang masuk ke kas negara secara riil. ”Itu penting karena uang yang masuk ke kas merupakan sumber dana untuk membiayai pengeluaran negara nanti,” tuturnya.

Namun, Purnomo mengatakan, jika melihat produksi minyak Januari-Februari 2008, lifting bisa diusahakan 916.000 barrel per hari. ”Itu angka best effort,” katanya.

Potensi tambahan

Menurut Wakil Ketua Panitia Anggaran DPR Suharso Monoarfa, ada potensi tambahan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari pengembalian biaya pemulihan (cost recovery) PT Pertamina EP. Rapat Panitia Anggaran DPR, Selasa, memutuskan cost recovery Pertamina EP kurun 2003-2007 sebesar 2,18 miliar dollar AS dikembalikan ke pemerintah. Dari dana itu, untuk APBN-P 2008 pemerintah mengajukan 726 juta dollar AS.

”Hitungan pemerintah kami tolak. DPR akan minta 1 miliar dollar AS masuk dalam APBN-P 2008. Sebab, ada kelebihan pembayaran dividen ke Pertamina 314 juta dollar AS,” kata Suharso. (OIN/HAR/DOT)

No comments: