Jakarta, Kompas - Harga beras di tingkat pedagang grosir maupun di tangan konsumen sejak Agustus 2007 sampai musim paceklik mendatang diperkirakan masih akan terus naik. Pemicunya adalah musim panen padi yang sudah berakhir.
Deputi II Bidang Koordinasi Pertanian dan Kelautan Menko Perekonomian Bayu Krisnamurthi seusai rapat koordinasi perberasan nasional, Rabu (1/8) di Jakarta, mengungkapkan, pemerintah memperkirakan harga beras tidak akan mengalami penurunan. Harga beras cenderung akan terus naik.
Hal itu disebabkan musim panen di musim rendeng sudah berakhir. Pada saat yang sama terjadi lonjakan permintaan beras untuk kebutuhan menjelang Lebaran dan ancaman paceklik.
Menurut Bayu, kenaikan harga jual beras yang dipengaruhi kenaikan harga pembelian pemerintah atau HPP menyebabkan semakin menyusutnya volume realisasi beras untuk rakyat miskin. Dengan anggaran pembelian raskin yang belum berubah, realisasi raskin berpotensi mengalami perubahan dari yang sebelumnya 12 bulan menjadi 11 bulan. Hal ini juga bisa merangsang kenaikan harga beras.
"Harga beras yang ada sekarang dianggap relatif baik. Karena itu, pemerintah akan mempertahankan harga beras pada level sekarang," katanya.
Bayu menjelaskan bahwa harga beras kualitas medium atau setara IR-64 kualitas III yang menjadi patokan pemerintah adalah Rp 4.300-Rp 4.700 per kilogram di tingkat konsumen. "Instrumen yang bisa digunakan untuk mempertahankan harga beras pada level itu antara lain impor tambahan," katanya.
Saat diminta soal kejelasan pada posisi harga berapa pemerintah akan melakukan operasi pasar untuk stabilisasi harga, Bayu belum bisa memastikan. Masalah teknis operasional akan dibicarakan lebih lanjut karena evaluasi harga terus dilakukan.
Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan mengungkapkan, puncak kenaikan harga beras akan terjadi pada bulan September. Pemicunya karena permintaan beras untuk kebutuhan Lebaran meningkat.
Stok aman
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan, kondisi perberasan saat ini lebih baik dibandingkan tahun 2006. Saat ini cadangan nasional cukup untuk mendukung langkah pemerintah mempertahankan harga beras.
Direktur Utama Perum Bulog Mustafa Abubakar mengungkapkan, stok beras nasional hingga kemarin mencapai 1,627 juta ton. Volume stok beras nasional itu ideal karena mengacu pada komitmen pemerintah sebelumnya bahwa stok beras nasional pada akhir tahun 1,5 juta-2 juta ton.
Sementara itu, pengadaan beras dari produksi dalam negeri juga memuaskan, dari target pengadaan sebelumnya 1,54 juta ton sampai kemarin tercapai 1,53 juta ton.
Menurut Mustafa, untuk mengurangi rangsangan kenaikan harga beras di tingkat konsumen, mulai pertengahan Juli 2007 Bulog mengubah kebijakan pengadaan beras dalam negeri.
Bila sebelumnya pembelian beras produksi dalam negeri diutamakan dalam bentuk beras, sekarang Bulog lebih memprioritaskan gabah. Langkah itu diambil agar tidak terjadi perebutan beras di lapangan antara Bulog dan pedagang.
Terkait dengan impor beras, menurut Mustafa, pemerintah memberikan kelonggaran pelaksanaan impor beras dengan total volume 1,5 juta ton. Jadwal semula pengadaan beras impor 1,5 juta ton itu paling lambat akhir Desember 2007. Namun, melihat cadangan beras pemerintah aman, realisasi impor beras diundur lagi.
Hingga kemarin, realisasi impor beras oleh Perum Bulog baru mencapai 700.000 ton. "Stok beras yang cukup ideal itu mampu untuk menekan harga bila sewaktu-waktu terjadi lonjakan," katanya. (MAS)
No comments:
Post a Comment