Coolum, Kompas - Ketidakseimbangan perdagangan secara global dapat menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perekonomian kawasan Asia Pasifik. Kemungkinan ini harus diantisipasi pemerintah sehingga dampaknya dapat diminimalkan.
"Banyak faktor yang menentukan ketidakseimbangan di pasar global, misalnya saja masalah kredit perumahan subprime di AS. Selain itu, ketidakpastian mengenai harga minyak dan komoditas juga masih ada. Semua hal ini akan berdampak pada ekonomi global," ujar Menteri Keuangan Australia Peter Costello sebelum membuka pertemuan menteri keuangan forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Coolum, Australia, Rabu (1/8).
Pertemuan ini akan dihadiri menteri keuangan dari 21 negara anggota APEC. Hasil pembicaraan menteri keuangan ini akan disampaikan pada pertemuan pemimpin APEC di Sidney, September 2007.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, perekonomian Indonesia memang tidak dapat terlepas dari perubahan-perubahan global. "Kita sudah belajar dari krisis yang terjadi 10 tahun lalu. Pemerintah sudah mulai memperbaiki kualitas institusi, aktif berkomunikasi antara lembaga pemerintah sehingga dapat mengambil langkah yang diperlukan. Pemerintah harus siap, kalau menghadapi guncangan harus bisa menghadapi dengan biaya juga dapat ditekan seminimal mungkin dan dapat mengurangi volatilitas," ujar Sri Mulyani.
Dia menambahkan, keadaan di AS dapat menjadi sebuah proses penyesuaian baru di perekonomian global. "Selama ini diperkirakan perekonomian global akan terjadi secara soft, tetapi ternyata ada guncangan lebih besar dari yang dibayangkan sehingga akhirnya tidak terlalu soft lagi," ujarnya.
Costello juga mengatakan, kawasan Asia menghadapi tambahan masalah karena kurangnya investasi. Hal ini disebabkan dana yang ada tidak dibelanjakan untuk proyek-proyek, melainkan disimpan di obligasi Pemerintah AS. "Ada ketidakseimbangan perdagangan. Terlihat kecenderungan arus simpanan keluar dari Asia ke negara maju. Kalau hal ini tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan risiko," ujar Costello.
Isu energi
Selain membicarakan mengenai masalah finansial, pertemuan ini juga akan membahas masalah ketersediaan energi dan perubahan iklim. "Ini akan menjadi topik menarik untuk didiskusikan. Diharapkan akan ada kesepakatan bagaimana caranya agar emisi karbon dapat dikurangi. Kami akan membicarakan hal itu dan berharap dapat mencapai kesepakatan bagaimana mengatur emisi karbon dan kemudian bekerja sama dengan kekuatan ekonomi besar lainnya di dunia. Hal itu akan menjadi batu loncatan yang besar," katanya lagi.
Dua negara anggota APEC, China dan AS, merupakan negara pembuang emisi terbesar dunia. Menurut dia, penting untuk mencapai kesepakatan mengenai perubahan iklim. Bagaimana mengendalikan perubahan iklim sambil tetap mempertahankan pertumbuhan ekonomi, dan bagaimana bekerja sama satu sama lain mengenai prinsip tersebut.
Sri Mulyani menjelaskan, Pemerintah Indonesia sudah mempersiapkan beberapa langkah mengenai energi ini, di antaranya diversifikasi bahan bakar, tidak tergantung minyak, juga berupaya mendekatkan harga minyak dengan harga di pasaran.
No comments:
Post a Comment